Lanjut ke konten

Tugas Peta-peta dalam fonologi

7 November 2012

M. Fachrijal Ilmi            A1B109232
Hantani            A1B109227
Noorma’rifah Kasfi     A1B109243

Nurhidayah             A1B112208
Rahmadaniah Fitri        A1B112219
Meliana Dewi Nastuti    A1B112210
Siwi Andani Widiastuti    A1B112224
M. Aidil Arafat            A1B112207

Peta vokal
            Depan                Pusat                Belakang
        TB            B    TB            B    TB            B
Tinggi              i                                                u
                 I                                            U
Tengah        e                ə                        o
                 Ʃ                                        ɔ
                                a
Rendah  

Keterangan    : TB = Tak Bundar
         B = Bundar
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah, kemudian kita member nama akan vokal-vokal itu, misalnya:
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[ə] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat rendah tak bundar
Secara vertikal. Vokal tinggi, misalnya bunyi [i]dan [u], vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ə] , dan vokal rendah, misalnya [a].
Secara horizontal. Vokal depan, misalnya bunyi [i] dan [e], vokal pusat misalnya [ə], dan vokal belakang, misalnya bunyi [u] dan  [o].

Peta konsonan
       Tempat artikulasi

Cara artikulasi    bilabial    labiodental    apikodental    laminoalveolar    laminopalatal    dorsovelar    faringal    glotal
hambat    P b            t d        k g        ?
geseran        f v    θ   ð    s z    ʃ   Ȝ       x          h    
paduan                          C
        J            
seangauan    m            n    Ñ        ŋ        
getaran                r                
sampingan                l                
Hampiran    w                y            

Konsonan dibedakan berdasarkan tempat artikulasi dan cara artikulasi.
•    Berdasarkan tempat artikulasinya, ada empat konsonan, yaitu:
1.    Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada dua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan bilabial yaitu p, b, dan m.
2.    Labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah bibir atas, gigi bawah merapat pada bibi atas. Yang termasuk konsonan labiodental yaitu f dan v.
3.    Laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, dalam hal ini daun lidah menempel pada gusi. Yang termasuk  konsonan laminoalveolar yaitu t dan d.
4.    Dorsovelar, yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan dosovelar yaitu k dan g.
•    Berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan dan hambatan yang dilakukan pada arus udara itu, maka konsonan dibedakan atas:
1.    Hambat (letupan, plosive, stop). Di sini artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara terhalang di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara tiba-tiba, sehingga terjadinya letupan. Yang termasuk konsonan letupan ini adalah p, b, t, d, k, dan g.
2.    Geseran. Di sini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Yang termasuk konsonan geseran adalah f, s, dan z.
3.    Paduan. Di sini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara , lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Yang termasuk konsonan ini adalah c dan j.
4.    Sengauan atau nasal. Di sini artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas. Contoh konsonan nasal adalah m, n, ñ dan ŋ.
5.    Getaran atau trill. Di sini artikulator aktif melalui kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya konsonan r.
6.    Sampingan. Di sini artikulator aktif  menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut , lalu membiarkan udara keluar melalui simpang lidah. Contoh konsonan l
7.    Hampiran. Di sini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan juga sering disebut semi vokal. Di sini hanya ada dua buah bunyi, yaitu w dan y.

Peta Diftong
 

Terjadinya diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika menghasilkan bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya, Namun yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel.
Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah [au] seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain, bunyi [ai] seperti terdapat pada kata cukai dan landai. Apabila ada dua buah vokal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari yang kedua, maka di situ tidak ada diftong, Jadi, vokal [au] dan [ai] pada kata seperti bau dan lain bukan diftong.
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisi lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua, sebaliknya disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan dalam bahasa Inggris ada diftong naik dan ada diftong turun.

From → Tak Berkategori

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar